Sabtu, 26 November 2016

Proses Curing pada Beton






Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai.

Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah :

memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak.
Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton

Waktu dan Durasi Pelaksanaan Curing
Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari :
  • jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan tambahan atau pengganti yang dipakai
  • jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan
  • kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan
  • penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik beton (28 hari atau selain 28 hari, tergantung dari spesifikasi yang ditentukan oleh Konsultan Perencana/Desain)


Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh pada :
  •         mutu/kekuatan beton (strength)
  •         keawetan struktur beton (durability)
  •         kekedapan air beton (water-tightness)
  •         ketahanan permukaan beton, misal terhadap keausan (wear resistance)
  •         kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan (volume stability : shrinkage and expansion)


Beberapa peraturan menetapkan acuan pelaksanaan curing/perawatan beton, yang sama-sama bertujuan untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan pembetonan.

SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama :
  •         7 (tujuh) hari untuk beton normal
  •         3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi


 ACI 318 mensyaratkan curing dilakukan :
  •         sampai tercapai min 70% kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’)


 ASTM C-150 mensyaratkan :
  •         semen tipe I,  waktu minimum curing 7 hari
  •         semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
  •         semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
  •         semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari

                                                   


Dari ketiga peraturan di atas, direkomendasikan untuk mengikuti aturan yang paling umum dan dapat digunakan untuk berbagai kondisi dan jenis beton yang diaplikasikan, yaitu :
  • memastikan proses curing dilakukan sampai tercapainya minimal 70% kuat tekan beton yang disyaratkan oleh Konsultan Perencana/Desain (= fc' atau kuat tekan karakteristik yang harus dicapai)


Metoda Perawatan Beton
Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton di lapangan, antara lain :
  • membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler supaya praktis)
  • merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan beton)
  • membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan air (misal plastik, dsb)
  • menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori atau non woven geotekstile dan disiram secara berkala selama perawatan)
  • menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound)




Beberapa metoda lain seperti perawatan dengan uap air panas, selimut (heating blanket) digunakan di daerah dingin atau yang mengalami musim dingin.




Sumber:
http://lauwtjunnji.weebly.com/curing-beton.html diakses tanggal 27 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar